Sabtu, 14 Desember 2013

Supervisi




A.  Pengertian Supervisi

Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan –terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi.
maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan guru, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu proses belajar mengajar.


B.  Prinsip-prinsip Supervisi

1. Ilmiah (scientific) berarti:
a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur ,berencana dan berkelanjutan.
b. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
c. Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberikan inforasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2. Demokratis, artinya menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3. Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data serta perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah.
4. Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut diatas.


C.  Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan

1) Menyelenggarakan inspeksi
2) Penelitian Hasil Inspeksi berupa Data
3) Penilaian
4) Latihan
5) Pembinaan

Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan supervisi sekurang-kurangnya adalah :

  • Menemukan masalah yang ada pada situasi belajar mengajar
  • Mencoba mencari pemecahan yang diperkirakan efektif
  • Menyusun program perbaikan
  • Mencoba cara baru, dan
  • Merumuskan pola perbaikan yang ada standar untuk pemakaian yang lebih luas.



D.  Tujuan Supervisi Pendidikan

1) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan tsb.
2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
3) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan.
4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif , serta memperbesar kesediaan untuk tolong-menolong.
5) Memperbesar ambis guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal dalam bidang profesinya(keahlian) meningkatkan ‘achievement motive’.
6) Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah pada masyarakat dalam mengembangkan program-program pendidikan.
7) Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan
8) Mengembangkan ‘esprit de corps’, guru-guru yaitu adanya rasa kesatuan dan persatuan(kolegialitas) antar guru-guru.


E.   Manfaat Supervisi Pendidikan

a. Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah lainnya untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya.
b. Agar guru serta pegawai administrasi lainnya berusaha melengkapi kekurangan-kekurangannya dalam penyelenggaraan pendidikan termasuk bermacam-macam media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar mengajar yang baik.
c. Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam kemajuan proses belajar mengajar yang baik.
d. Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah, misalnya dengan mengadakan seminar, workshop, inservice ataupun training.



F.   Teknik-teknik Supervisi Pendidikan

Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain:
a) Kunjungan kelas secara berencana
b) Pertemuan pribadi antar supervisor dengan guru
c) Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah.
d) Kunjungan antar kelas atau antar sekolah
e) Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja pemilik, kelompok kerja kepala sekolah serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya.


G.  Sifat-sifat supervisor

Sifat yang berhubungan dengan kepribadian
1.      Memperhatikan perbuatan nyata dalam segala hal
2.      Bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dengan senang hati
3.      Keterbukaan, tidak menyembunyikan sesuatu yang dirahasiakan
4.      Tidak kehabisan inisiatif, penuh prakarsa
5.      Tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan
6.      Mempunyai daya tahan psikis yang tinggi dan tidak cepat putus asa.

Sifat yang berhubungan dengan profesi
Sifat-sifat ini dikemukakan oleh edgar H Schein (1972: 8-9) sebagai berikut :
1. Seorang profesional harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan. Secara implisit mengandung pengertian bahwa seorang profesional tidak boleh bekerja lebih banyak diluar dan menomer duakan tugasnya.
2. Seorang profesional memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya, yang merupakan dasar bagi pilihan jabatan tersebut, sehingga jabatan tersebut akan dikerjakan dengan sepenuh hati.
3. Memiliki suatu pengetahuan khusus dan keterampila yang di perolehnya dari pendidikan yang cukup lama.
4. Membuat keputusan-keputusan dalam tindakannya demi kepentingan klien,bukan harus bekerja tanpa pamrih.
5. Pelayanan atas dasar kebutuhan yang objektif dari klien, tidak boleh ada motif-motif lain yang tersembunyi didalamnya. Keduanya klien dan perugs profesional harus jujur dan terbuka, dan harus dapat menciptakan hubungan akrab demi kemajuan klien.

Sifat-sifat supervisor yang dikehendaki “survisee” menurut pendapat dan harapan supervisi pada umumnya, supervisor hendaknya :
1. Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan disekolah
2. Bersikap simpati da mempunyai perhatian terhadap murid
3. Mempunyai sikap terbuka, yang tidak aprioro dari menolak pendapat orang lain.
4. Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung
5. Percaya pada diri sendiri (self confidence) sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan keteangan pada supervisee.

Supervisor yang demokratis, semua pihak berharap
Supervisor yang demokratis diharapkan selalu berusaha secara kotinu menjalin pertalian kesatuan yang optimal diantara guru-guru


H.  Jenis-jenis supervise

supervisi kelompok
            Mengajar secara kelompok (team teaching) merupakan langkah awal dalam supervisi kelompok. Dalam pengajaran seperti ini, beberapa orang guru akan mengajarkan suatu bidang studi bersama masing-masing guru memberikan satu aspek tertentu dari bidang studi itu kepada para murid. Sehngga bidang studi itu dengan seluruh aspeknya bisa diterima dengan relatif sempurna oleh murid-murid. Sebab masing-masing aspek diberikan oleh guru yang ahli dalam aspek itu (made pidarta, 1992: 245)

Supervisi klinis
Adheson & Gall menyatakan bahwa supervisi klins ialah proses membina guru untuk memperkecil juragan antara perilaku mengajar nyata dengan prilaku mengajr seharusnya atau yang ideal (Tim Dosen,1989). Sementara itu Lucio (1979: 20) membatasi maksud supervisi klinis hanya untuk menolong guru-guru agar mengerti inovasi dan mengubah preforma mereka agar cocok dengan inovasi itu.Sama halnya dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru pun dapat didiagnosis dalam proses belajar mengajar, untuk menentukan aspek-aspek mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik. Kemudian aspek itu satu persatu di perhatikan secara intensif. Jadi supervisi klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.


I.      Implementasi di Lapangan

            Implementasi dilapangan banyak ditemukan maslah-masalah yang masih menghambat terlaksanakannya supervisi, diantaranya:
1. sistem kerja sentralisasi yang masih melekat. Guru perlu pembiasaan budaya kerja baru sesuai semangat otonomi pendidikan dan otonomi daerah yang menuntut kreatifitas dan kerja keras. Kebiasaan lama dalam bekerja harus sudah ditinggalkan.
2. Persaingan mutu sekolah semakin terasa berat. Pembinaan pembelajaran harus diakukan semakin serius dan sungguh-sungguh.
3. Masih adanya mental anak emas untuk guru yang dinilai dan baik.
4. Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi, menyebabkan kesibukan dalam menangani urusan administrasi, terutama menghadapi pemeriksaan pembukuan, LSM dan Pers
5. Transparasi manajemen sekolah yang sering terjadi benturan kebijakan dengan komite sekolah, menyebabkan kesulitan bergerak untuk kelancaran tugas-tugas rutin.
6. Transparasi pengelolaan keuangan sekolah yang pembukuan dan bukti-buktinya menyita banyak waktu.

Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan pemecahan permasalahan yang ditempuh dalam ditempuh dalam kegiatan supervisi oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penyamaan visi dan misi
2. Pengelolaan supervisi yang baik
3. Pelibatan guru secara individual dalam pelaksanaan supervisiPelibatan organisasi guru, seperti PKG, KKG, dan KKKS untuk mengukur keberhasiln guru dalam pembelajaran dan sebagai tempat sharring

                                                                                                                      

Sumber:
Sutarsih, cicih. 2011, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Mukhtar, 2013, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Referensi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pengantar Manajemen Pendidikan Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template