A.
Pengertian Supervisi
Secara
morfologis,
Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision.
Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan
inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –
orang yang berposisi diatas, pimpinan –terhadap hal-hal yang
ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya
lebih human, manusiawi.
maka kegiatan supervisi menaruh
perhatian utama pada peningkatan kemampuan guru, yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
B. Prinsip-prinsip Supervisi
1. Ilmiah (scientific) berarti:
a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur ,berencana dan berkelanjutan.
b. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata.
Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian
kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan
tafsiran pribadi.
c. Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberikan inforasi sebagai umpan balik
untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2. Demokratis, artinya menjunjung tinggi azas musyawarah, memiliki jiwa
kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.
3. Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan
data, analisa data serta perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar
hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah.
4. Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk
aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas mengembangkan
potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip
tersebut diatas.
C. Fungsi-fungsi utama
supervisi pendidikan
1) Menyelenggarakan inspeksi
2) Penelitian Hasil Inspeksi berupa Data
3) Penilaian
4) Latihan
5) Pembinaan
Langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam melaksanakan supervisi sekurang-kurangnya adalah :
- Menemukan masalah yang ada pada situasi belajar mengajar
- Mencoba mencari pemecahan yang diperkirakan efektif
- Menyusun program perbaikan
- Mencoba cara baru, dan
- Merumuskan pola perbaikan yang ada standar untuk pemakaian yang lebih luas.
D. Tujuan Supervisi
Pendidikan
1) Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan tsb.
2) Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif.
3) Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbaikan.
4) Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya
terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif , serta memperbesar
kesediaan untuk tolong-menolong.
5) Memperbesar ambis guru-guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara maksimal
dalam bidang profesinya(keahlian) meningkatkan ‘achievement motive’.
6) Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah pada masyarakat dalam
mengembangkan program-program pendidikan.
7) Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya
dalam konteks tujuan-tujuan aktivitas perkembangan peserta didik, dan
8) Mengembangkan ‘esprit de corps’, guru-guru yaitu adanya rasa kesatuan dan
persatuan(kolegialitas) antar guru-guru.
E. Manfaat Supervisi
Pendidikan
a. Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah
lainnya untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya.
b. Agar guru serta pegawai administrasi lainnya berusaha melengkapi
kekurangan-kekurangannya dalam penyelenggaraan pendidikan termasuk
bermacam-macam media intruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya
proses belajar mengajar yang baik.
c. Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru
dalam kemajuan proses belajar mengajar yang baik.
d. Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid dan pegawai sekolah,
misalnya dengan mengadakan seminar, workshop, inservice ataupun training.
F.
Teknik-teknik Supervisi Pendidikan
Beberapa
teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain:
a) Kunjungan kelas secara berencana
b) Pertemuan pribadi antar supervisor dengan guru
c) Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah.
d) Kunjungan antar kelas atau antar sekolah
e) Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja pemilik, kelompok kerja kepala sekolah
serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya.
G.
Sifat-sifat supervisor
Sifat yang berhubungan dengan
kepribadian
1.
Memperhatikan perbuatan nyata dalam segala hal
2.
Bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya dengan senang hati
3.
Keterbukaan, tidak menyembunyikan sesuatu yang dirahasiakan
4.
Tidak kehabisan inisiatif, penuh prakarsa
5.
Tekun dan ulet dalam mengerjakan pekerjaan
6.
Mempunyai daya tahan psikis yang tinggi dan tidak cepat putus asa.
Sifat yang berhubungan dengan
profesi
Sifat-sifat
ini dikemukakan oleh edgar H Schein (1972: 8-9) sebagai berikut :
1. Seorang profesional harus bekerja full time di bidang profesinya dan sebagai
sumber penghidupan. Secara implisit mengandung pengertian bahwa seorang
profesional tidak boleh bekerja lebih banyak diluar dan menomer duakan
tugasnya.
2. Seorang profesional memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya,
yang merupakan dasar bagi pilihan jabatan tersebut, sehingga jabatan tersebut
akan dikerjakan dengan sepenuh hati.
3. Memiliki suatu pengetahuan khusus dan keterampila yang di perolehnya dari
pendidikan yang cukup lama.
4. Membuat keputusan-keputusan dalam tindakannya demi kepentingan klien,bukan
harus bekerja tanpa pamrih.
5. Pelayanan atas dasar kebutuhan yang objektif dari klien, tidak boleh ada
motif-motif lain yang tersembunyi didalamnya. Keduanya klien dan perugs
profesional harus jujur dan terbuka, dan harus dapat menciptakan hubungan akrab
demi kemajuan klien.
Sifat-sifat
supervisor yang dikehendaki “survisee” menurut pendapat dan harapan
supervisi pada umumnya, supervisor
hendaknya :
1. Mempunyai perhatian terhadap segala kegiatan disekolah
2. Bersikap simpati da mempunyai perhatian terhadap murid
3. Mempunyai sikap terbuka, yang tidak aprioro dari menolak pendapat orang lain.
4. Mempunyai daya humor dan tidak cepat tersinggung
5. Percaya pada diri sendiri (self confidence) sehingga dapat menimbulkan
kepercayaan dan keteangan pada supervisee.
Supervisor yang demokratis, semua pihak
berharap
Supervisor yang demokratis
diharapkan selalu berusaha secara kotinu menjalin pertalian kesatuan yang
optimal diantara guru-guru
H.
Jenis-jenis supervise
supervisi kelompok
Mengajar secara kelompok (team teaching) merupakan langkah awal dalam
supervisi kelompok. Dalam pengajaran seperti ini, beberapa orang guru akan
mengajarkan suatu bidang studi bersama masing-masing guru memberikan satu aspek
tertentu dari bidang studi itu kepada para murid. Sehngga bidang studi itu
dengan seluruh aspeknya bisa diterima dengan relatif sempurna oleh murid-murid.
Sebab masing-masing aspek diberikan oleh guru yang ahli dalam aspek itu (made
pidarta, 1992: 245)
Supervisi
klinis
Adheson & Gall menyatakan bahwa
supervisi klins ialah proses
membina guru untuk memperkecil juragan antara perilaku mengajar nyata dengan
prilaku mengajr seharusnya atau yang ideal (Tim Dosen,1989). Sementara itu
Lucio (1979: 20) membatasi maksud supervisi klinis hanya untuk menolong
guru-guru agar mengerti inovasi dan mengubah preforma mereka agar cocok dengan
inovasi itu.Sama halnya dengan mendiagnosis orang sakit, maka guru pun
dapat didiagnosis dalam proses belajar mengajar, untuk menentukan aspek-aspek
mana yang membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik. Kemudian aspek itu
satu persatu di perhatikan secara intensif. Jadi supervisi klinis itu merupakan
satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui
sebelumnya.
I.
Implementasi di Lapangan
Implementasi dilapangan banyak ditemukan maslah-masalah yang masih
menghambat terlaksanakannya supervisi, diantaranya:
1. sistem
kerja sentralisasi yang masih melekat. Guru perlu pembiasaan budaya kerja baru
sesuai semangat otonomi pendidikan dan otonomi daerah yang menuntut kreatifitas
dan kerja keras. Kebiasaan lama dalam bekerja harus sudah ditinggalkan.
2. Persaingan
mutu sekolah semakin terasa berat. Pembinaan pembelajaran harus diakukan
semakin serius dan sungguh-sungguh.
3. Masih
adanya mental anak emas untuk guru yang dinilai dan baik.
4. Tuntutan
akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi,
menyebabkan kesibukan dalam menangani urusan administrasi, terutama menghadapi
pemeriksaan pembukuan, LSM dan Pers
5. Transparasi
manajemen sekolah yang sering terjadi benturan kebijakan dengan komite sekolah,
menyebabkan kesulitan bergerak untuk kelancaran tugas-tugas rutin.
6. Transparasi
pengelolaan keuangan sekolah yang pembukuan dan bukti-buktinya menyita banyak
waktu.
Usaha untuk kelancaran dan
keberhasilan pemecahan permasalahan yang ditempuh dalam ditempuh dalam kegiatan
supervisi oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penyamaan
visi dan misi
2. Pengelolaan
supervisi yang baik
3. Pelibatan
guru secara individual dalam pelaksanaan supervisiPelibatan organisasi guru,
seperti PKG, KKG, dan KKKS untuk mengukur keberhasiln guru dalam pembelajaran
dan sebagai tempat sharring
Sumber:
Sutarsih, cicih. 2011, Manajemen
Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Mukhtar, 2013, Orientasi Baru
Supervisi Pendidikan, Jakarta: Referensi.

0 komentar:
Posting Komentar