A.
Pengertian Kepercayaan Menurut Para Ahli
- Hosmer
(1995:379) menyatakan bahwa para ilmuan memperlihatkan
kesamaan pendapat bahwa kepercayaan merupakan unsur yang penting dalam perilaku
atas masalah-masalah kehidupan manusia.
- Waber
menyatakan bahwa pertukaran barang-barang “dimungkinkan hanya pada dasar
keyakinan personal yang mempunyai jangkauan panjang dan kepercayaan”.
- Rotter,
Chance, dan Phares beragumen bahwa “suatu harapan umum
atas kepercayaan atau ketidak percayaan dapat merupakan penyebab terpenting
terhadap perilaku”.
- Golembiewski
dan McConkie menyatakan bahwa “Tidak ada suatu
variable tunggal yang mempengaruhi hubungan interpersonal dan perilaku kelompok
secara terus-menerus selain kepercayaan”.
- Lewis
dan Weigert berpendapat bahwa kepercayaan merupakan kebutuhan mutlak
dalam hubungan kemasyarakatan.
Kepercayaan adalah
pengharapan positif bahwa orang lain tidak akan membohongi dan mengecewakan
anda.
B. Macam-Macam Percaya Diri
Kalau melihat ke literatur lainnya,
ada beberapa istilah yang terkait dengan persoalan pede/percaya diri yaitu ada empat macam, yaitu :
1. Self-concept
: bagaiman Anda menyimpulkan diri anda secara keseluruhan, bagaimana Anda
melihat potret diri Anda secara keseluruhan, bagaimana Anda mengkonsepsikan
diri anda secara keseluruhan.
2. Self-esteem
: sejauh mana Anda punya perasaan positif terhadap diri Anda, sejauhmana Anda
punya sesuatu yang Anda rasakan bernilai atau berharga dari diri Anda, sejauh
mana Anda meyakini adanya sesuatu yang bernilai, bermartabat atau berharga di
dalam diri Anda.
3. Self
efficacy : sejauh mana Anda punya keyakinan atas
kapasitas yang Anda miliki untuk bisa menjalankan tugas atau menangani
persoalan dengan hasil yang bagus (to succeed). Ini
yang disebut dengan general self-efficacy. Atau juga, sejauhmana Anda meyakini
kapasitas anda di bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut
dengan specific self-efficacy.
4. Self-confidence:
sejauhmana Anda punya keyakinan terhadap penilaian Anda atas kemampuan Anda dan
sejauh mana Anda bisa merasakan adanya “kepantasan” untuk berhasil. Self confidence itu adalah kombinasi dari self esteem dan
self-efficacy (James Neill, 2005)
Berdasarkan paparan tentang percaya diri, kita juga bisa membuat semacam
kesimpulan bahwa percaya diri adalah kondisi mental atau
psikologis seseorang, dimana individu dapat mengevaluasi keseluruhan dari
dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk melakukan
tindakan dalam mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya.
C. Kepercayaan dan
Kepemimpinan
Kepercayaan
sangat menentukan keberhasilan koordinasi suatu pekerjaan adalah datang dari
seorang pimpinan unit pada karyawannya. Atau sebaliknya kepercayaan karyawan
terhadap pimpinannya.
Menurut Robbins et al. dalam bukunya
berjudul “Management” (2000), para peneliti telah menemukan lima komponen dari
suatu kepercayaan karyawan terhadap pimpinannya, yaitu:
1. Integritas, menuju pada kejujuran dan nilai
kebenaran sang pimpinannya. Dari lima dimensi tersebut, dimensi ini tampak
paling penting ketika seseorang menilai sifat dapat dipercaya atas pihak lain
“tanpa pemahaman akan karakter moral dan kejujuran dasar” orang lain, dimensi
kepercayaan lain tidak ada artinya.
2. Kompetensi, dimana sang pimpinan memiliki
pengetahuan dan ketrampilan teknis dan hubungan antarpersonal. Anda harus
mempercayai sesorang yang empunyai keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan
apa yang ia katakan dan dilakukannya.
3. Konsistensi, yakni dapat diandalkan, kemampuan
memrediksi, dan mengatasi setiap persoalan.
4. Loyalitas, dimana sang pimpinan memiliki
keinginan kuat melindungi dan menjaga karyawannya.
5. Keterbukaan, dimana pimpinan tidak segan berbagi
gagasan dan informasi dengan bebasnya.
Kouzes & Posner
menyimpulkan bahwa yang paling utama dalam sifat pemimpin adalah kejujuran
berdasarkan penelitiannya dengan 20.000
responden yang ada di 4 benua.
D.
Tiga Jenis Kepercayaan
Dalam hubungan organisasi ada tiga,
yaitu:
1) Kepercayaan berbasis
pada kekuatan akan
berfungsi hanya pada tingkat bahwa hukuman itu mungkin, konsekuensi nya jelas
dan hukuman sesungguhnya dijatuhkan jika kepercayaan dilanggar. Lebih dari itu
potensi kerugian dari interaksi masa depan dengan pihak lain harus berimbang dengan potensi
yang diperoleh dari melanggar pengharapan. Terlebih lagi pihak yang berpotensi
dirugikan harus mau memperkenalkan ancaman pada orang yang melanggar
kepercayaan tersebut.
Contoh dari kepercayaan berbasis
kekuatan adalah hubugan manajer dengan karyawan baru. Sebagai karyawan, anda
umumnya percaya pada bos baru walaupun sedikit saja pengalaman yang bisa menjadi landasan
bagi kepercayaan anda. Ikatan yang menciptakan kepercayaan terletak pada
wewenang yang ditanggung oleh bos
dan hukuman yang dapat dijatuhkannya
jika anda gagal memenuhi kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan pekerjaan
anda.
2) Kepercayaan berbasis
pada pengetahuan sebagian
besar hubungan organisasi berakar pada kepercayaan berbasis pengetahuan.
Kepercayaan yang didasarkan pada predictabilitas perilaku yang berasal dari
riwayat interaksi kepercayaan itu ada jika anda memiliki informasi yang memadai
tentang seseorang sehingga anda memhami bahwa mereka cukup mampu memperkirakan
secara tepat perilaku mereka.
Kepercayaan ini mengandalkan
informasi dan bukannya ketakutan. Pengetahuan pihak lain tentang
predictabilitas tentang perilakunya menggantikan kontrak hukuman dan
kesepakatan hukum yang lazim yang terdapat pada kepercayaan berbasis ketakutan.
Pengetahuan ini berkembang dari waktu ke waktu, umumnya sebagai fungsi dari
pengalaman yang membangun kepercayaan akan sifat dapat dipercaya dan predictabilitas. Semakin
baik anda mengenal seseorang semakin akurat anda dapat memperkirakan apa yang
dia lakukan.
Yang menarik, pada tingkat
berbasiskan pengetahuan, kepercayaan tidak perlu rusak oleh perilaku yang tidak
konsisten. Jika anda yakin, anda dapat menjelaskan secara memadai atau memahami
pelanggaran oleh pihak lain yang tampak dari pihak, anda dapat menerimanya,
memaafkan itu, dan terus mempertahankan hubungan itu. Akan tetapi,
inkonsistensi yang sama pada tingkat ketakutan mungkin secara permanen
menghancurkan kepercayaan.
3) Kepercayaan berbasis
pada identifikasi tingkat kepercayaan paling tinggi dicapai bila terdapat
hubungan emosional antara dua pihak. Hal itu kemungkinan satu pihak bertindak
sebagai agen bagi pihak lain dan menggantikan orang itu dalam transaksi
interprasional. Ini disebut kepercayaan berbasis identifikasi. Kepercayaan ini
ada karna masing-masing pihak saling memahami maksud masing-masing dan menghargai
keiginan pihak lain. Pengertian ini berkembang ke titik dimana masing-masing
pihak dapat bertindak secara efektif bagi yang lain. Pada tingkat ini terdapat
tingkat kendali minimal. Anda tidak perlu memantau pihak lain karena terdapat
loyalitas yang tidak perlu dipertanyakan.
Contoh dari kepercayaan berbasis
identifikasi adalah pasangan suami istri yang telah lama menikah dan hidup
berbahagia. Suami mempelajari apa yang penting bagi istrinya dan mengantisipasi
tindak-tindakan itu. Pada giliran isteri percaya bahwa suami akan
mengantisipasi apa yang penting baginya tanpa harus meminta. Peningkatan
identifikasi memungkinkan masing-msing pihak berfikir seperti yang lain, merasa
seperti yang lain, dan menanggapi seperti yang lain.
Sumber:
Robbins, Stephen. 2006. Perilaku
Organisasi Edisi 10. Klaten: Indeks Gramedia
Usman, Husaini. 2011. Manajemen
Teori ,Praktek,dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi Aksara
http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/

0 komentar:
Posting Komentar