Senin, 30 September 2013

Pengambilan Keputusan

Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan


  1. Definisi Pengambilan Keputusan

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.

Kemudian terdapat definisi menurut para ahli, antara lain :
  • Menurut George R. Terry :
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.

  • Menurut Sondang P. Siagian :
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

  • Menurut James A. F. Stoner :
pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.  



  1. Dasar Pengambilan Keputusan

  1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang lain sering diabaikan.

  1. Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui saat itu.

  1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

  1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.

  1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.




Faktor-Faktor Pengambilan Keputusan


Faktor pengambilan keputusan ada 2 yaitu :

1. Faktor Internal : Faktor yang berasal dari diri seorang menejer (pemimpin ) itu sendiri sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan , faktor internal tersebut meliputi : keadaan emosional dan fsik , personal karakteristik , minat dan pengetahuan.

2. Faktor Eksternal : Faktor yang berasal dari luar manejer (peminpin) itu termasuk faktor kondisi dan lingkungan waktu . Suatu nilai yang berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan masalah , bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai di tentukan oleh salah satu kultural , sosial , latar belakang dan filosofi.

Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan sebagai berikut:
  1. hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;
  2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
  3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
  4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
  5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
  6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang  cukup lama;
  7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
  8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
  9. setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.




Jenis-jenis pengambilan keputusan



- Keputusan terprogram
Keputusan terprogram adalah suatu berkaitan dengan persoalan yang sudah diketahui sebelumnya, keputusan ini menggunakan teknik dan standar tertentu dalam menangani urusan rutin dan dapat diprogram secara otomatis. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.
Contoh: keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang, dan lain-lain.

- Keputusan tidak terprogram
Keputusan tidak terprogram adalah persoalan baru (tidak diketahui sebelumnya), parameter rumit (tidak tersedia), mengandalkan intuisi dan pengalaman, tidak melibatkan permasalahan rutin yang memerlukan solusi secara rinci pada situasi yang ada.
keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas.Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
Contoh : Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting didalam pengambilan keputusan tidak terprogram. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.


Sumber:

http://dhino-ambargo.blogspot.com/2013/05/definisi-dan-dasar-pengambilan-keputusan.html













Perkembangan Teori Manajemen dan Fungsi Manajemen

  1. Sejarah manajemen dari awal sampai sekarang

Pada tahun 3000 SM, arsitek mesir kuno berhasil mewujudkan karyanya berupa pyramid cheops. Pyramid itu terdiri atas 2.300.000 batu. Setiap batu berkisar setengah sampai satu ton yang disusun rapi dan kokoh. Pembangunan pyramid itu melibatkan ratusan ribu tenaga kerja. Tanpa adanya manajemen yang baik, pyramid itu mustahil terwujud.
Jadi, manajemen sebenarnya sudah ada sejak manusia ini ada. Hanya saja istilah manajemen, baru muncul pada tahun 1886. Di Indonesia, manajemen sudah dipraktikkan pada masa pra sejarah. Adanya candi Borobudur pada abad ke-8 dan candi prambanan pada abad ke-9 merupakan salah satu bukti bahwa manajemen sudah lama dipraktikan di Indonesia.
Pertumbuhan manajemen meliputi tiga fase, yaitu 1) fase prasejarah yang berakhir pada tahun 1, 2) fase sejarah, yang berakhir pada tahun 1886, 3) fase modern, mulai 1886 sampai sekarang
Tokoh yang mengawali munculnya manajemen
  1. Mooney (1800-an) yaitu diterapkannnya prinsip staf dalam gereja katolik

  2. Small (1800-an) berupa analisis cameralisme yaitu paham sekelompok administrator dan cendekiawan kebangsaan jerman dan Austria yang menekankan pentingnya administrasi yang sistematis dan pendirian universitas manajemen
Tokon pendahulu manajemen ilmiah
  1. Watt dan Boulton (1800) yaitu memberikan kontribusi pemikirannya bagi manajemen ilmiah berupa penetapan pendekatan ilmiah, mengembangkan penelitian pasar, prakiraan, perencanaan produksi, tata arus kerja, standardisasi komponen produk, dan system pengendalian

  2. Owen (1810) yaitu menekankan pentingnya unsur manusiawi dalam produksi. Owen terkenal sebagai bapak manajemen personalia modern

  3. Babbage (1792-1871) yaitu bahwa prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya. Babbage terkenal sebagai bapak computer

  4. Poor (1855) yaitu manajemen sebagai system dengan struktur organisasi yang jelas, komunikasi yang menandai, kepemimpinan manajerial perkertaapian
Sejak revolusi industry I, dikenal pendekatan manajemen ilmiah yang dipelopori Taylor (1856-1915) pada tahun 1901. Kemudian berkembang menjadi pendekatan teori organisasi klasik. Pendekatan manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik disebut teori manajemen klasik. Selanjutnya berkembang pula menjadi pendekatan hubungan manusiawi, perilaku (behaviorial), kuantitatif, sistem, kontinensi dan di masa mendatang

  1. TEORI MANAJEMEN KLASIK

  1. Manajemen Ilmiah (1870 – 1930)
Taylor ialah orang pertama yang mengembangkan manajemen ilmiah. Ia berpendapat peningkatan efisiensi dan keefektifan pekerja tingkat bawah dengan cara meningkatkan produktivitas dan memperbesaran bidang produksi
Empat prinsip dasar pemikiran manajemen ilmiah Taylor (Hitt, et al. 1986) ialah
  1. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang harus diuraikan menurut bagian-bagiannya, dan cara ilmiah untuk melakukan setiap bagian dari pekerjaan tersebut perlu ditetapkan sebelumnya. Para pekerja harus diseleksi dan dilatih secara ilmiah untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya

  2. Harus ada kerja sama yang baik antara manajer dan pekerja sehingga segala tugas harus dilaksanakan sesuai dengan rencana

  3. Harus ada pembagian kerja nantara manajer dan para pekerja

  4. Manajer harus menjalankan kegiatan supervise, memberikan perintah, dan merancang apa yang harus dikerjakan, sedangkan para pekerja harus bebas mengerjakan pekerjaan yang ditugaskan kepada mereka

Henry L. Gantt (1861 -1919) Pemikiran Henry L. Gantt yang terkenal adalah sistem bonus harian dan bonus ekstra untuk para mandor. Metode yang ia gunakan yang kemudian terkenal adalah metode grafis dalam menggambarkan rencana-rencana yang memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih baik.
Metode ini menekankan pentingnya waktu juga biaya dalam merencanakan dan mengendalikan pekerjaan yang selanjutnya melahirkan sistem Charting atau yang lebih dikenal dengan Gantt Chart. Teknik ini merupakan pelopor teknik-teknik modern seperti PERT (Program Evaluation and Review Technique).

Emerson (1853-1931) popular dengan sebutan efficiency engineering, ia menemukan prinsip efisiensi yang sangat tekenal di zamannya. Ke-12 prinsip efisiensi itu adalah 1) tujuan dirumuskan dengan jelas, 2) kegiatan yang dilakukan masuk akal, 3) dikerjakan oleh orang yang benar-benar kompeten, 4) disiplin, 5) adil, 6) laporan yang reliable, mutakhir, dan valid, 7) pemberian perintah, 8) standar-standar dan penjadwalan, 9) kndisi yang memiliki standar, 10) operasi yang memiliki standar, 11) instruksi praktis tertulis yang memiliki standar, dan 12) ganjaran akibat efisiensi
  • Inti manajemen Ilmiah:
  1. Melalui metode ilmiah menemukan unsur-unsur kerja manusia; tidak lagi digunakan intuisi.
  2. Mengidentifikasi fungsi manajemen dalam pekerjaan merencanakan; jadi tidak membiarkan buruh memilih sendiri cara-cara pengerjaan.
  3. Memilih dan melatih buruh serta mengembangkan kerja sama; jadi dihindari usaha-usaha individual para pekerja.
  4. Membagi kerja antara manajemen & pekerja sehingga masing-masing dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuannya sehingga diharapkan menjadi lebih efisien.
  • Dalam prakteknya, maka usaha-usaha ini mengarah pada:
  1. Peniadaan pemborosan-pemborosan
  2. Menempatkan pekerja pada tugas sesuai dengan kemampuannya
  3. Melatih pekerja agar dapat memenuhi peersyaratan-persyaratan yang diminta
  4. Spesialisasi kegiatan
  5. Penciptaan standar-standar hasil kerja
  • Keterbatasan Teori Manajemen Ilmiah:
  1. Adanya “efisiensi” akan menimbulkan pengangguran, serta pekerja hanya dijadikan pelengkap mesin & tidak diperhatikan kebutuhan serta sikap tingkah lakunya.
  2. Tidak memperhatikan usaha-usaha memecahkan persoalan yg dihadapi & pengambilan keputusan-keputusan yang merupakan aspek yang penting dalam manajemen.

  1. Teori Organisasi Klasik (1900-1940)
Fayol (1841-1925) membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu 1) teknik, produksi dan manufacturing produk, 2) komersial, pembelian bahan baku dan penjualan prodik, 3) keunagan, perolehan dan penggunaan modal, 4) keamanan, perlindungan karyawan dan kekayaan, 5) akuntansi, pelaporan dan neraca keuangan, pencatatan laba, serta pencatatan statistic, 6) manajerial dan teknik-teknik kepemimpinan

Sheldon (1894-1951) menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi teknik yang tinggi, maka yang harus diperhatikan adalah tanggung jawab social yang tinggi pula.

James D. Mooney yaitu 4 kaidah dalam merancang organisasi, yaitu: (1) koordinasi – syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, perumusan tujuan & disiplin; (2) prinsip skalar – adanya kepemimpinan, delegasi, & definisi fungsional; (3) prinsip fungsional – adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yg berbeda-beda; (4) prinsip staff – kejelasan perbedaan antara staf & lini.

Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosiologi Jerman Max Weber. Weber menggambarkan sesuatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi. Bentuk organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan dengan jelas, peraturan & ketetapan yang rinci, & sejumlah hubungan yang impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk “birokrasi yang ideal” itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan ukt berteori tentang bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini.

Keterbatasan teori Organisasi Klasik → terlalu idealis


  1. PENDEKATAN HUBUNGAN MANUSIAWI (1930-1940)

Munsterberg (1863-1916) ia menggunakan peralatan-peralatan psikologi untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu 1) menerima pekerja yang terbauk, 2) menciptakan pekerjaan terbaik, 3) penggunaan pengaruh yang terbaik untuk merangsang motivasi kerja

Mayo (1880-1949) manajer dingatkan pentingnya perhatian terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawam secara 
individual.

Roger (1951) tidak hanya mengembangkan prosedur untuk bimbingan industry, tetapi juga asumsi metapsikologi yang berpusat pada terapi pelanggan (client-centered). Tetapi didasarkan pada pendekatan hubungan manusiawi yang harus dibangun

Morino (1953) tertarik pada hubungan interpersonal di dalam kelompok dengan mengembangkan teknik sosiometri
Keterbatasan Teori Hubungan Manusiawi: konsep “makhluk sosial” tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu dalam tempatnya bekerja.


  1. PENDEKATAN TEORI PERILAKU

Perilaku dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu dengan model 1) rasional, 2) sosiologis, dan 3) pengembangan hubungan manusia

Tokoh-tokoh pendekatan ini adalah
  1. Maslow yang terkenal dengan teori hierarki kebutuhan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam kaitannya dengan motivasi manusia
  2. McGregor dengan teori X dan Y
  3. Herzberg dengan teori dua faktor
  4. McClelland dengan teori need of power, need of affiliation, and need of achievement
  5. Blake dan Mouton dengan teori managerial grid
  6. Likert dengan teori empat sistemnya
  7. Fiedler dengan pendekatan kontingensi dalam teori kepemimpinannya
  8. Argyris dengan teori organisasi sebagai system budayanya dan optimal actualization-organization and individual
  9. Getzels&Guba dengan teori system social-nomotetis dan idiografisnya
  10. Schein dengan penelitian dinamika kelompoknya
  11. Vroom dengan teori ekspektansinya
  12. Reddin dengan teori tiga dimensi kepemimpinannya
  13. Mintzberg dengan struktur organisasinya
  14. Ochi dengan teori Z-nya sebagai kombinasi budaya Amerika dengan jepang
  15. Hersey & Blanchard dengan kepemimpinan situasionalnya
  16. Bass dengan kepemimpinan transformasionalnya
  17. Deming dengan PDCA dan TQM-nya
  18. Goleman dengan kepemimpinan primal dan emosionalnya
  19. Manning & Curtis dengan kepemimpinan heroiknya


  1. PENDEKATAN SISTEM

Pendekatan system bermaksud untuk memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan system memberi manajer cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas.


  1. PENDEKATAN KUATITATIF

  • Aliran ini menitik beratkan peranan pemakaian data angka, matematika dan statistika dalam membantu manajemen dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi. Ex: riset operasi (atau management science).
  • Teknik-teknik management science digunakan dalam banyak kegiatan seperti: penganggaran modal, manajemen aliran kas, penjadwalan produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan SDM, penjagaan tingkat persediaan yang optimal, dan sebagainya.

  1. PENDEKATAN KONTINGENSI

  • Pendekatan Kontingensi (contingency approach) dikembangkan oleh para manajer, konsultan dan peneliti yang mencoba untuk menerapkan konsep-konsep dari berbagai aliran manajemen dalam situasi kehidupan nyata.
  • Menurut pendekatan kontingensi ini tugas manajer adalah mengidentifikasi teknik mana, pada situasi tertentu, dibawah keadaan tertentu, dan pada waktu tertentu, akan membantu pencapaian tujuan manajemen. Pendekatan Kontingensi mengkombinasikan pendekatan klasik dan hubungan manusiawi
  • Pendekatan kontingensi telah berkembang di beberapa bidang manajemen, seperti perancangan organisasi, kepemimpinin, motivasi, perencanaan strategic dan dinamika kelompok. Pendekatan ini bermaksud untuk menjembatani gap yang ada antara teori dan praktek
  • Ada tiga bagian utama dalam kerangka konsepsual menyeluruh untuk pendekatan kontingensi: lingkungan, konsep-konsep, dan teknik-teknik manajemen

  1. PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN DI MASA MENDATANG

Setelah dibicarakan ketiga aliran utama dalam bidang manajemen, ada lima kemungkinan arah perkembangan teori manajemen selanjutnya di masa mendatang, yaitu:
  • Dominan. Salah satu dari aliran utama dapat muncul sebagai yang paling berguna.
  • Divergence. Setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri.
  • Convergence. Aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan di antara mereka cenderung kabur.
  • Sintesa. Masing-masing aliran berintegrasi



B. Tokoh-tokoh manajemen sesuai zaman


Tapi, sebelum kita berkenalan dengan tokoh-tokoh manajemen, kita mesti mengetahui terlebih dahulu tentang tiga pembagian aliran pemikiran manajemen dan tentu saja dalam tiap-tiap aliran pemikiran tersebut terdapat nama-nama yang berbeda. Tiga aliran pemikiran manajemen yang ada yaitu aliran manajemen klasik, aliran hubungan manusiawi, dan aliran manajemen modern.

  • Tokoh-Tokoh Manajemen Aliran Manajemen Klasik

Munculnya revolusi industri yang terjadi di Inggris pada abad ke-18 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kalangan usahawan, industri, maupun masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan manajemen dari berbagai kalangan tersebut maka hadirlah pemikir-pemikir ulung yang mencetuskan ilmu manajemen.

Robert Owen (1771-1858)
Menurut Owen, investasi terpenting bagi seorang manajer adalah sumber daya manusia. Itu sebabnya Owen menentang anggapan bahwa para pekerja adalah instrumen yang tidak berdaya seperti yang terjadi pada awal-awal tahun Revolusi Industri di Inggris.
Beberapa usahanya untuk meningkatkan kondisi kerja antara lain menaikkan usia umum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan serta menciptakan lingkungan hidup dan tempat kerja yang menyenangkan bagi pekerja. Selain itu tokoh manajemen dengan sebutan Bapak Personal Manajemen Modern ini merancang prosedur untuk meningkatkan produktivitas, misalnya prosedur penilaian kerja dan persaingan secara terbuka.

Charles Babbage (1792-1871)
Pada 1832, Babbage menulis sebuah buku yang berjudul On the Economy Of Machinery and Manufactures. Penyusun kalkulator mekanis ini merupakan orang yang pertama kali mengusulkan sistem pembagian kerja berdasarkan bidang khusus pekerjaan yang selaras dengan keterampilan tertentu.
Tidak berbeda jauh dengan Owen, beliau sangat memperhatikan faktor manusia. Menurutnya dalam memanajemen perusahaan sebaiknya terdapat sistem pembagian keuntungan antara pekerja dan pemilik perusahaan. Sehingga yang mendapatkan keuntungan perusahaan bukan hanya pemilik perusahaan tetapi para pekerja juga berhak memperolehnya. Hal ini dikarenakan para pekerja juga turut andil dalam peningkatan produktivitas.

Frederick Winslow Taylor (1856 -1915)
Sebagai tokoh manajemen yang terkenal dengan manajemen ilmiah dalam upaya meningkatkan efisiensi kerja dan gerakan efisiensi kerjanya, Taylor memiliki 4 prinsip, yaitu:
  • Pengembangan manajemen secara benar dan ilmiah.
  • Pekerja diseleksi secara ilmiah dengan menempatkan pekerja yang cocok untuk pekerjaan tertentu.
  • Adanya pendidikan dan pengembangan ilmiah dari para pekerja.
  • Kerjasama yang baik antara manajer dengan pekerja.

Buku-buku Taylor yang terkenal di antaranya Shop management (1930), Principles Of Scientific Management (1911), dan Testimory Before Special House Comittee (1912). Selanjutnya, tahun 1947 ketiga buku tersebut digabungkan dalam satu buku dengan judul Scientific Management.

Henry L. Gantt (1861 -1919)
Pemikiran Henry L. Gantt yang terkenal adalah sistem bonus harian dan bonus ekstra untuk para mandor. Metode yang ia gunakan yang kemudian terkenal adalah metode grafis dalam menggambarkan rencana-rencana yang memungkinkan adanya pengendalian manajerial yang lebih baik.
Metode ini menekankan pentingnya waktu juga biaya dalam merencanakan dan mengendalikan pekerjaan yang selanjutnya melahirkan sistem Charting atau yang lebih dikenal dengan Gantt Chart. Teknik ini merupakan pelopor teknik-teknik modern seperti PERT (Program Evaluation and Review Technique).

Henry Fayol (1841 -1925)
Pengarang buku General and Industrial Management ini selain memperhatikan manajemen bagi suatu organisasi, juga memerhatikan perihal produktivitas pabrik dan pekerja. Fayol berkeyakinan bahwa keberhasilan para manajer bukan hanya ditentukan oleh kualitas pribadinya, melainkan adanya peranan metode manajemen yang tepat. Fayol membagi kegiatan dan operasi ke dalam 6 macam, yaitu:
  • Teknis/Produksi, maksudnya berusaha memproduksi barang-barang produksi.
  • Dagang yang dilakukan dengan mengadakan pembelian bahan mentah dan penjualan hasil produksi.
  • Keuangan, berusaha mendapatkan dan menggunakan modal.
  • Keamanan berupa melindungi pekerja dan barang-barang investasi perusahaan.
  • Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan berbagai data statistic seperti biaya, keuntungan, hutang, dan sebagainya.
  • Manajerial yang berfungsi untuk perencanaan, pengorganisasian, memerintah, pengkoordinasian, dan pengendalian.


Mary Parker Folett (1868-1933)
Mary beranggapan bahwa hubungan yang harmonis antara manajer dan karyawan dapat tercipta manakala memiliki kesamaan tujuan. Namun Mary menolak anggapan adanya sekat pembatas antara atasan dan bawahan. Menurut Mary kedudukan pemimpin di dalam suatu organisasi bukan hanya karena kekuasaan semata melainkan lebih diutamakan pada pengetahuan dan keahlian dalam memimpin.

Oliver Sheldon (1894 -1951)
Pada 1923, ia menulis tentang filsafat manajemen yang menekankan tentang pentingnya tanggung jawab sosial dalam dunia usaha. Manajemen harus memperlakukan pekerja secara adil dan jujur. Ada 3 prinsip Oliver, yaitu:
  • Kebijakan, keadaan dan metode industri seharusnya sejalan dengan kesejahteraan masyarakat.
  • Manajemen seharusnya mampu menafsirkan sanksi moral tertinggi masyarakat sebagai keseluruhan yang memiliki maksud praktis terhadap keadilan dan nilai sosial yang diterima tanpa dugaan jelek oleh masyarakat.
  • Manajemen dan sistem yang dibentuk bisa menginspirasi dan memulai membangun standar etika yang umum yang sesuai dengan konsep keadilan sosial.


ChesterL. Barnard (1886 -1961)
Barnard pernah menulis sebuah buku yang berjudul The Functions of Executive pada tahun 1983. Buku ini menyinggung mengenai manajer berdasarkan suatu pendekatan sistem sosial untuk memahami dan menganalisis fungsi-fungsi eksekutif. Tokoh yang menyukai bacaan-bacaan sosiologi dan filsafat ini berasumsi bahwa kelanggengan suatu perusahaan dapat dicapai dengan menyeimbangkan antara pencapaian tujuan dan kebutuhan individu.

  • Tokoh-Tokoh Manajemen Aliran Hubungan Manusiawi

Aliran hubungan manusiawi menganggap aliran klasik kurang lengkap karena masih kurang mampu mewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan terciptanya keharmonisan di tempat kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan ilmu sosiologi dan psikologi dalam membantu manajer menghadapi manusia. Berikut ini akan sedikit dijelaskan tokoh-tokoh manajemen pelopor aliran perilaku.

Hugo Munsterbeg (1863-1916)
Di dalam bukunya yang berjudul Psychology and Industrial Efficiency, Bapak Psikologi Industri ini menuturkan tiga resep untuk meningkatkan produktivitas, yaitu:
  • The Right man in the right place,” yaitu menaruh pekerja yang tepat pada tempat yang tepat supaya berkontribusi maksimal.
  • Menciptakan tata kerja terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.
  • Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat dalam mendorong pekerja.


Elton Mayo (1880-1949)
Menurut Mayo, dibutuhkan adanya peran faktor-faktor sosial dan psikologis dalam memberi motivasi kerja kepada karyawan. Hasil percobaannya menyimpulkan bahwa produktivitas karyawan bukan satu-satunya ditentukan oleh banyaknya uang atau gaji, melainkan sikap karyawan terhadap manajer yang memprioritaskan kesejahteraan karyawan yang dikenal dengan sebutan Hawthorne effect.
Selain itu konsep Social man, yaitu kebutuhan karyawan untuk mendapatkan motivasi dan respon positif dari lingkungan sosialnya memiliki pengaruh besar terhadap produktivitas.

  • Tokoh-Tokoh Manajemen Aliran Manajemen Modern

Masa ini berlangsung di abad ke-20 yang ditandai dengan munculnya konsep manajemen kualitas total (Total Quality Management TQM) yang diperkenalkan oleh beberapa tokoh manajemen berikut ini.

W. Edwards Deming (19001993)
Bapak Kontrol Kualitas ini berpendapat bahwa problema dalam kualitas bukan sepenuhnya bersumber dari kesalahan pekerja, namun kesalahan pada sistem. Demin mengatakan betapa pentingnya meningkatkan kualitas dengan merumuskan teori lima langkah reaksi berantai. Beliau berasumsi bahwa kualitas dapat ditingkatkan dengan cara:
  • Mengurangi kesalahan produksi supaya biaya perbaikan menurun, penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material.
  • Meningkatkan produksi.
  • Meningkatkan pangsa pasar dengan cara meningkatkan kualitas dan harga.
  • Meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba sehingga dapat bertahan dalam bisnis.
  • Meningkatkan jumlah pekerjaan.


Joseph Juran (lahir 1904)
Menurut Juran yang merujuk pada prinsip peto, beliau mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan peningkatan kualitas. Pada suatu area yang sedang mengalami kontrol kualitas yang tidak begitu baik, sebagai solusinya Juran mengambil langkah untuk menganalisis, membuat solusi kemudian mengimplementasikannya.
Dari beberapa pemikiran tokoh-tokoh manajemen yang telah disebutkan di atas terdapat beberapa kesamaan, yakni mengenai memanajemen kesejahteraan sumber daya manusia dan juga sistem. Sempat juga beberapa kali disinggung bahwa tidak ada kesenjangan antara manajer dengan pekerja. Keduanya saling mendukung satu sama lain dalam mencapai satu tujuan.



C. Fungsi-Fungsi Manajemen menurut Para Ahli


Louis A. Allen
: Leading, Planning, Organizing, Controlling.
Prajudi Atmosudirdjo
: Planning, Organizing, Directing, atau Actuating andControlling.
John Robert B., Ph.D
: Planning, Organizing, Command -ing, and Controlling.
Henry Fayol
: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling.
Luther Gullich
: Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Repor-ting,Budgeting.
Koontz dan O’Donnel
: Organizing, Staffing, Directing, Planning, Controlling.
William H. Newman
: Planning, Organizing, Assem-bling, Resources, Directing,Controlling.
Dr. S.P. Siagian., M.P.A
: Planning, Organizing, motivating and Controlling.
William Spriegel
: Planning, organizing, Controlling
Lyndak F. Urwick 
: Forecasting, Planning Orga-nizing, Commanding, Coordina-ting, Controlling.
Dr. Winardi, S.E
: Planning, Organizing, Coordi-nating, Actuating, Leading, Co-mmunication, Controlling
The Liang Gie
: Planning, Decision making, Directing, Coordinating, Control-ling,Improving.
James A.F.Stoner
: Planning, Organizing, Leading, and Controlling.
George R. Terry
: Planning, Organizing, Staffing, Motivating, and Controlling


Dari beberapa pendapat para penulis di atas dapat dikombinasikan, fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut: Berbagai fungsi Manajemen dikemukakan para ahli dengan persamaan dan perbedaan. Untuk memperjelas pendapat para ahli, masing-masing fungsi manajementersebut sebagai berikut :
  1. Louis Allen (POLC)
- Planning (Merencanakan)
- Organizing (Menyusun)
- Leading(Memimpin)
- Controlling (Mengawasi/meneliti)

 2. Harold Koontz and Cyril O’Donnell (POSDLC)
- Planning(Perencanaan)
- Organizing(Pengorganisasian)
- Staffing (PenyusunanPegawai)
- Directing (Pengarahan)
- Leading (Memimpin)
- Controlling(Pengendalian)

 3. Luther Gulick (POSDiCoRB)
- Planning(Perencanaan)
- Organizing(Pengorganisasian)
- Staffing (PenyusunanPegawai)
- Directing (Pengarahan)
- Coordinating(Pengkoordinasian)
- Reporting(Pembuatan laporan)
- Budgeting(Penganggaran)

 4. George R. Terry (POAC)
- Planning(Perencanaan)
- Organizing(Pengorganisasian)
- Actuating(Pelaksanaan)
- Controlling(Pengendalian)

Pengertian-pengertian
1.      Planning
adalah perencanaan penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
2.      Organizing
Organizing atau pengororganisasian adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
3.      Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
4.      Activating
Activating atau pelaksanaan adalah suatu fungsi manajemen berupa bentuk kegiatan kerja nyata dalam suatu kegiatan manajemen.
5.      Staffing
Staffing adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
6.      Directing / Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masingmasing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
7.      Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
8.      Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
9.      Leading
Mengambil keputusan. Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan. Memeberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak. Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
10.Innovating
Innovating merupakan fungsi manajemen berupa penelitian, pengembangan, dan / atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
10.  Representing
Representing adalah fungsi manajemen berupa adanya kesamaan dalam hal pengerjaan tugas.
11.  Budgeting
Budgeting merupakan fungsi manajemen berupa pengikhtisaran sistem anggaran keuangan. Baik itu sistem keuangan untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
12.  Assembling
Assembling merupakan fungsi manajemen dimana terjadi pengurutan-pengurtan dalam hal kegiatan yang berhubungan dengan manajemen itu sendiri.
13.  Resources
Resources merupakan fungsi manajemen berupa pemanfaat sumber daya yang ada, baik itu SDA atau SDM sehingga terjadi ketepatgunaan.
14.  Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
15.  Actuating
Actuating adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan (leadership).
16.  Communication
Communication merupakan suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini komunikasi yag terjadi diantara hierarki kepemimpinan.
17.  Decision Making
Dicision Making merupakan fungsi manajemen yang dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final . Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.
18.  Improving
Improving adalah salah satu fungsi manajemen dalam hal peningkatan mutu kegiatan, kepemimpinan, kerjasma, dan lain-lain.

 

Sumber:
Handoko, Hani T. 2009. Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

Usman, Husaini. 2011. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara



http :// Jyus-yudistira. Blogspot.comhttp : Scribd. Com

http://lasamula.blogspot.com/2013/01/fungsi-manajemen-menurut-para-ahli.html








 

Pengantar Manajemen Pendidikan Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template